Jakarta ( Berita ) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pada abad ke-21 ini Indonesia diharapkan akan menjadi salah satu negara yang maju dan bermartabat di dunia.
“Maju di segala bidang. Karena kita adalah bangsa yang besar, yang bangkit dengan usaha kita sendiri,” kata Presiden dalam pidato kenegaraan serta keterangan pemerintah atas RUU APBN 2009 beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat [15/08].
Untuk itu Presiden mengajak segenap komponen bangsa untuk mengokohkan persatuan, kebersamaan dan kerja keras untuk membangun bangsa dan negara Republik Indonesia yang besar, maju, jaya, dan gemilang.
Pada rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPR Agung Laksono itu, Presiden mengatakan, kesejahteraan dan keamanan Indonesia semakin erat berkaitan dengan situasi internasional.
Karena itu, pemerintah terus menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang diabdikan untuk kepentingan nasional. “Postur diplomasi Indonesia yang semakin tampil mengemuka, tidak terlepas dari perkembangan demokrasi kita yang semakin mapan, stabilitas politik yang semakin mantap, situasi hak asasi manusia yang terus membaik, serta ekonomi yang terus tumbuh,” katanya.
Ia mencontohkan, bulan Desember 2007, Indonesia mengukir sejarah diplomasi dengan keberhasilan menjadi tuan rumah Konferensi PBB mengenai Perubahan Iklim (UN Conference on Climate Change) di Bali yang berhasil melahirkan kesepakatan historis berupa “Bali Road Map”.
“Kita akan terus berjuang agar ‘Bali Road Map’ tersebut dapat menghasilkan suatu kesepakatan global mengenai perubahan iklim yang diharapkan dapat dituntaskan dalam ‘Conference of Parties’ ke-15 di Kopenhagen akhir tahun 2009,” katanya.
Presiden juga menyebutkan dalam dua tahun terakhir, Indonesia sukses merampungkan kepemimpinan dalam kelompok Developing Eight (D-8) yakni kelompok negara berpenduduk muslim yang aktif melakukan kerjasama ekonomi dan pembangunan. “Bulan Juli lalu, saya menyerahkan tongkat kepemimpinan D-8 kepada Malaysia,” katanya. Presiden tak lupa mengatakan bahwa Indonesia juga diundang untuk pertama kalinya menghadiri KTT G-8 plus 8 “Outreach Summit” di Hokkaido, Jepang, pada Juli.
Dalam pertemuan tersebut, katanya, Indonesia bersama ekonomi-ekonomi besar dunia membahas isu-isu global dari perubahan iklim, ketahanan pangan, energi, dan pembangunan.
Sementara itu, Indonesia juga terus berperan aktif dalam menjaga perdamaian internasional sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Indonesia juga berperan aktif dalam merumuskan Piagam Organisasi Konferensi Islam yang baru sebagai hasil pertemuan puncak negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Senegal pada tahun ini.
Piagam OKI yang baru itu telah memuat enam hal penting yaitu demokrasi, “the rule of law”, tatanan pemerintahan yang baik, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan hak-hak kaum perempuan.
Piagam OKI yang baru itu, katanya, membawa angin segar dan sejarah baru dalam pembangunan dunia Islam di masa depan.
Indonesia juga telah memprakarsai dan mendorong ASEAN untuk melakukan transformasi, tidak lagi menjadi organisasi yang hanya didasarkan atas deklarasi atau komunike tetapi menjadi organisasi yang mempunyai status dan kerangka hukum (legal personality) yang jelas.
Dengan demikian, ASEAN dapat beradaptasi agar terus relevan menghadapi perubahan lingkungan strategis internasional, katanya. Sementara hubungan Indonesia dengan Timor Leste juga disebutkan Yudhoyono mengalami perkembangan penting. Ia menyebutkan, pada 15 Juli lalu, Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) telah menyerahkan laporan akhir kepada Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Timor Leste.
“Kita menyambut baik laporan itu, dan akan menindaklanjutinya. Kita telah menutup lembaran lama, dan membuka lembaran baru. Membangun semangat baru, penuh kedamaian, kemanusiaan, dan persaudaran di antara kedua negara,” katanya.
Tak Ada Tempat Bagi Anarki
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa negara tidak boleh kalah dan tidak akan kalah terhadap anarkisme dan kekerasan. “Tidak ada tempat bagi anarki,” kata Presiden dalam pidato kenegaraan serta keterangan pemerintah atas RUU APBN beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat.
Kepala Negara mengakui bahwa tahun 2008 ini adalah tahun yang sulit dan sarat dengan tantangan. “Yang penting dalam kondisi yang sulit ini, kita harus menghindari sikap saling menyalahkan, saling menyerang dan saling menjatuhkan demi tujuan politik sesaat. Sebaliknya, kita justru harus tetap optimis, terus bekerja-sama, bahu membahu untuk mengubah krisis menjadi peluang, demi kebaikan rakyat Indonesia,” katanya. Presiden mengatakan saat ini bangsa Indonesia telah memasuki tahun politik bahkan tahun kampanye.
“Tahun depan kita akan mengadakan Pemilihan Umum Legislatif yang ketiga dalam era reformasi dan Pemilihan Presiden secara langsung yang kedua dalam sejarah demokrasi kita. Demokrasi kita kembali diuji. Apakah kita bisa melampaui tahun pemilu dengan baik dan damai? Saya rasa kita sepakat untuk menjawabnya: bisa! Kita Bisa!” kata Yudhoyono.
Presiden mengajak bangsa Indonesia kembali menjawab tantangan sejarah dengan menjadikan Indonesia sebagai negara demokrasi yang pantas dicontoh oleh dunia. “Kita telah mampu menunjukkan pada dunia, prestasi gemilang penyelenggaraan pesta demokrasi yang begitu aman, tertib, damai, jujur dan adil pada tahun 2004. Kita harus mampu menjaga prestasi itu dan bahkan meningkatkannya. Ini adalah tanggung jawab kita bersama, misi kita bersama,” katanya. Pemilu 2009, katanya, harus disukseskan bersama, sehingga amanah rakyat benar-benar dapat diwujudkan, yaitu parlemen dan pemerintahan yang bersih dan efektif.
Untuk mewujudkan hal itu, menurut Presiden, tentu saja semua harus menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yaitu kebebasan berpendapat, termasuk berpolitik tetapi tetap dengan landasan etika dan aturan main serta atas dasar kepentingan bersama. “Berani menerima kemenangan dan berani pula menerima kekalahan secara kesatria,” katanya.
Dalam berdemokrasi, Yudhoyono mengajak bangsa Indonesia untuk menjalankan hak-hak demokrasi, kebebasan dengan menghargai hak-hak dan kebebasan orang lain serta dengan menghargai ketertiban dan pranata hukum (the rule of law). “Kemampuan kita untuk menjaga keseimbangan antara hak dan tanggung jawab antara kebebasan dan ketertiban akan menentukan kemajuan demokrasi kita. Dalam hal ini, tidak ada tempat bagi anarki. Karena demokrasi terlalu berharga untuk dirusak oleh anarki,” kata Kepala Negara.
Presiden juga mengingatkan bahwa 2008 merupakan tahun yang sangat bermakna bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
“Tahun ini kita memperingati kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63, bertepatan dengan peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional, 80 tahun Sumpah Pemuda, dan 10 tahun Reformasi,” katanya.
Tonggak-tonggak sejarah itu membuktikan jati diri Indonesia sebagai bangsa yang besar, tangguh, selalu mampu mengatasi tantangan zaman, kata Kepala Negara. “Setiap cobaan yang kita alami, membuat kita lebih tegar. Setiap krisis yang kita hadapi, membuat kita lebih kuat. Setiap tantangan yang silih berganti, membuat kita lebih bersatu,” katanya.
Dalam 10 tahun terakhir semenjak bergulirnya reformasi, menurut Yudhoyono, bangsa Indonesia telah menjalani salah satu era yang paling transformasional dalam sejarah Indonesia modern. “Kita tahu hanya segelintir bangsa-bangsa di dunia yang menghadapi badai dan gejolak bertubi-tubi sebagaimana yang kita alami. Hanya segelintir kecil bangsa-bangsa yang mampu bertahan bahkan bangkit menjadi lebih tegar,” kata Kepala Negara.
Penuh Harapan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dari kondisi yang terpuruk 10 tahun lalu Indonesia kini telah berubah menjadi bangsa yang dinamis dan penuh harapan. “Inilah masanya kita mengubah mentalitas mudah menyerah menjadi semangat yang berorientasi pada peluang,” kata Presiden dalam pidato kenegaraan serta keterangan pemerintah atas RUU APBN beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat.
Presiden mengatakan, bangsa Indonesia sudah pulih dari krisis moneter yang dulu melumpuhkan, telah melaksanakan reformasi yang menyeluruh di berbagai sektor, sudah berhasil menjalani transisi demokrasi yang penuh tantangan, yang kini menjadikan Indonesia negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.
“Kita juga berhasil mengembangkan budaya politik baru yang demokratis, yang mengedepankan keterbukaan, kebebasan berpendapat, dan akuntabilitas pada rakyat, di mana sekarang hukumlah yang menjadi panglima,” kata Kepala Negara.
Yudhoyono menyebutkan Indonesia juga berhasil dalam tahun-tahun terakhir ini memperkokoh integritas NKRI yaitu Aceh yang damai, Papua yang stabil, serta Maluku, Poso, dan Sampit yang tenteram.
“Kita berhasil mengatasi bencana alam paling dahsyat di dunia, yaitu tragedi tsunami tahun 2004 dengan semangat solidaritas dan gotong-royong. Dan kita telah kembali menempatkan Indonesia di garis terdepan percaturan regional dan internasional,” katanya.
Semua itu, menurut Presiden, bukanlah prestasi individu atau kelompok namun prestasi dan kerja keras seluruh bangsa Indonesia.
Dengan segala perubahan mendasar itu, kata Presiden, Indonesia tetap melestarikan jati-diri bangsa yang tercermin dalam empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. “Apapun yang terjadi, kita harus terus berpegang teguh pada keempat pilar itu, sebagai landasan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Presiden mengingatkan.
Namun dengan semua itu, kata Yudhoyono, harus disadari bahwa bangsa Indonesia masih terus diterpa oleh berbagai cobaan yang berat. “Karena itulah, kita tidak punya alasan, dan tidak ada waktu, untuk mengeluh dan berpangku tangan. Kita tidak bisa tenggelam dalam budaya sinisme dan sifat gamang yang tak kunjung habis. Dan kita tidak boleh lengah membaca zaman yang telah berubah,” katanya.
Kepala Negara yakin bahwa setiap masalah, setiap krisis, betapapun beratnya, selalu mengandung benih-benih peluang dan selalu ada jalan keluarnya. “Percayalah, masalah-masalah yang kita hadapi dewasa ini juga dihadapi bangsa-bangsa lain,” katanya meyakinkan.
Ia menyatakan sejarahlah yang kelak akan membedakan antara mereka yang hanya bisa meratapi nasib dan mereka yang tak pernah menyerah mencari solusi. Sejarah kebangkitan dan perubahan Indonesia, dari 1908, 1928, 1945, sampai 1998 semua diukir oleh pejuang-pejuang yang bermental “Harus Bisa!”.
“Apapun masalahnya, kapan pun masanya, seberapa pun keterbatasannya, kalau kita bermental bisa kita semua bisa, dan Indonesia pasti bisa!” kata Kepala Negara menyerukan.
Belum Aman Dari Terorisme
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui negara Indonesia saat ini masih belum aman dari aksi-aksi terorisme. “Negara kita belum aman dari aksi-aksi terorisme. Demikian pula, kita masih harus terus melakukan pemberantasan pembalakan liar, pencurian ikan, dan peredaran gelap narkoba,” kata Presiden dalam pidato kenegaraan serta keterangan pemerintah atas RUU APBN 2009 beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Jumat.
Oleh karena itu, kata Kepala Negara, agenda mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, terus ditingkatkan dan dijaga bersama.
Presiden menuturkan dalam menjalankan amanat rakyat, ia telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJM Nasional 2004-2009 yang mencantumkan tiga agenda pembangunan nasional yaitu agenda menciptakan Indonesia yang aman dan damai, menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pelaksanaan ketiga agenda utama itu, tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang menjadi landasan penyusunan APBN setiap tahun, katanya. “Dalam pelaksanaan agenda mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, melalui kerja keras dan upaya yang sinergis, kita berhasil mempertahankan stabilitas sosial, politik dan keamanan dalam kehidupan masyarakat,” Wilayah-wilayah rawan konflik seperti Aceh, Papua, Poso, dan Maluku, kata Presiden, terus memperlihatkan kemajuan secara nyata, terutama dalam proses pemulihan keamanan dan perbaikan kesejahteraan.
Situasi yang semakin stabil, selain memulihkan rasa percaya antar kelompok untuk saling berinteraksi juga makin meningkatkan kepercayaan dan wibawa aparatur pemerintah dan aparat keamanan di mata masyarakat, katanya.
“Kebijakan pemerintah yang bersifat persuasif, proaktif, dan berimbang ternyata mampu meyakinkan berbagai pihak bahwa kekerasan bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah,” katanya.
Presiden menyatakan bahwa negara Indonesia sudah semakin aman dan kondisi itu makin dirasakan mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, di mana pun dan kapan pun di negeri ini. “Ini merupakan kemajuan yang amat penting sehingga kita bisa meluncurkan program Visit Indonesia Year 2008, untuk mengembangkan pariwisata Indonesia,” katanya.
Sektor pariwisata tahun 2007 menyumbangkan penerimaan negara sebesar 5,3 miliar dolar AS dan berbeda dengan sektor lainnya, sektor pariwisata melibatkan jutaan tenaga kerja di bidang perhotelan, makanan, transportasi, pemandu wisata, sampai industri kerajinan.
Menurut laporan, kata Presiden, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali sebagai barometer pariwisata Indonesia, terus menunjukkan peningkatan.
Pada tahun 2007 wisatawan di Bali mencapai angka tertinggi sejak krisis 1998 bahkan lebih tinggi dari sebelum terjadinya pemboman di Bali akhir 2002. Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap aksi-aksi kejahatan transnasional dan terorisme juga menunjukkan hasil menggembirakan, katanya. “Aparat keamanan telah berhasil menangkap, mengadili, dan memvonis para pelakunya. Terakhir, aparat kepolisian berhasil menemukan sejumlah bahan peledak dan bom rakitan di Palembang,” katanya.
Di satu sisi berbagai keberhasilan itu sangat menggembirakan namun di sisi lain harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Khusus untuk kejahatan narkoba, pemerintah bertekad memberantas sampai ke akar-akarnya, kata Presiden.
Pemerintah melalui Kepolisian dan Kejaksaan Agung akan melakukan penyidikan dan penuntutan untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya bagi pengedar narkoba.
“Mereka ini secara langsung membahayakan generasi muda bangsa, membahayakan masa depan dan kelangsungan hidup anak-anak kita,” katanya. (ant)